Dua semester terlewati sejak saya mengenyam pendidikan di bangku universitas. Banyak orang yang bilang, masa-masa di universitas tak lah seindah masa-masa putih abu-abu terdahulu. Bagi saya kedua masa-masa itu memang berbeda, secara dahulunya saya masih berada di naungan orangtua dan setelahnya saya belajar untuk hidup mandiri, tentu keduanya memberikan makna dan cerita yang berbeda. Masing-masing ada suka dan duka sendiri. Kangen rumah dan tanah air tercinta memang tidak bisa dihindari, namun dibalik itu saya belajar banyak dari kebebasan yang saya miliki dan kemandirian yang dibutuhkan. Jadi, bila saya disuruh memilih antara SMA dan Kuliah, saya akan memilih Kuliah.. Tapi, tidak bisa dipungkiri juga terkadang saya kangen dengan seragam putih abu-abu, teman-teman, dan guru-gurunya. Hanya saja, di bangku kuliah ini, saya merasa saya bisa belajar lebih banyak hal. Ya, banyak hal..
Satu hal yang terlihat jelas adalah masalah Kegiatan Ekstrakulikuler di mana di universitas saya bernaung, saya diwajibkan mengumpulkan poin agar bisa tinggal di asrama kampus untuk setahun ke depannya. Jadi, bagi mahasiswa internasional, ya, mau tidak mau, harus ikut salah satunya. Sebenarnya, bukan hanya karena kewajiban semata, saya dulunya juga mau berencana untuk ikut mencoba aktif dalam beberapa kegiatan dan menjadi pengurus di dalamnya. Apalagi mengingat pengalaman berorganisasi saya di SMA sangatlah minim, dan saya nyaris tidak punya pengalaman sama sekali dalam hal kepemimpinan, kecuali dulu pernah ada pelajaran Kepemimpinan yang masuk nilai raport. Buat diterima menjadi komite saja, saya harus diinterview dulu. And I should admit that I screwed up my first interview. Padahal, interview itu untuk jadi volunteer sebuah Welfare Club. Ada teman saya yang sampai heran kenapa saya bisa tidak diterima. "Emangnya lu ngomong apa aja?" begitu katanya.. Yah, saya yah ngomong aja, berusaha untuk sedikit nge bullsh*t juga, tapi sepertinya tidak berhasil. Oke, jadi saya gagal di interview pertama. Sempat patah semangat juga sih waktu itu. Merasa tidak bisa apa-apa. Merasa tidak ada apa-apanya. Merasa bukan siapa-siapa. Interview kedua pun diterima. Yang kali ini sih tidak perlu dibanggakan, karena memang semuanya memang diloloskan interview. Wuih, saya semakin merasa rendah diri saja. Interview ketiga ternyata berhasil. Saya pun merasa bangga sekaligus bingung. Senang bisa diterima, tapi, lho kok bisa ya? Hahaha. Tak tahu lah.
Dari kedua club yang saya ikuti itu, saya belajar sedikit banyak hal. Saya harus berjualan tiket dari pintu ke pintu, dari orang ke orang, dan lain sebagainya. Saya memang bukanlah orang yang suka memaksa orang, jadi merasa terbebani juga bila harus membujuk orang-orang beli, padahal mereka belum tentu mau. Tapi anehnya, saya bisa menjalani tugas saya dengan baik juga, dan bila sudah dijalani, akhirnya dibawa enjoy. Lalalala. Saya masih ingat beberapa bulan lalu, ketika harus menjaga booth dan berjualan tiket, saya berhasil 'menjerat' dua manusia yang berbaik hati dalam beberapa menit awal. Ada yang merespon, "Mendingan lu masuk bisnis aja, deh" Hahaha. I took that as a compliment. Gapapa kan kalo pamer dikit di sini? =P Walaupun itu karena faktor hoki juga, pas ketemu orang-orang yang baik.. Kalau tidak ya.. Siap-siap sakit hati. Ditolak. Huh.
Pengalaman yang tidak terlupakan lainnya adalah saat saya memutuskan untuk ikut interview seleksi Student Helper buat Open House. I don't know why, but I really wanted the position, and I prayed a lot for it, and gratefully I got it. Sewaktu diterima, saya masih mengira bahwa ini full-volunteer. Ternyata, dibayar bow, $7/jam. Wuih, padahal saya dulu sempat consider untuk malas-malasan dan memilih lari dari tanggung jawab, ternyata ada rezeki jatoh =P Walaupun cuma jadi logistik yang kerjanya nge-pack goodie bag yang sampai 10ribu itu. Beribu-ribu peluh keringat pun menetes. Kurang tidur. Pegal-pegal, Tapi, saya belajar juga dari hal ini. Dari bagaimana main committee nya memimpin, memberikan solusi untuk setiap problem yang ada, memutuskan solusi terbaik untuk semua, dll. Semua itu butuh Strong Leadership, yang saya rasa saya belum cukup memilikinya. Makanya, untuk satu tahun ke depan, saya mau belajar dulu dengan masih setia menjadi sub committe saja. Kalau sudah satu tahun merasa 'mantap' dan berani mencoba, mungkin saya akan mempertimbangkan untuk nge-run main committee di tahun depannya. Tapi tidak untuk tahun ini, belum siap. Daripada jadinya hancur berantakan, mending saya belajar dulu.
Satu lagi yang saya syukuri adalah, diterimanya saya sebagai komite orientasi mahasiswa Indo yang akan masuk nantinya. Di sini, selain menambah teman, saya juga bisa berkreasi. Memberikan ide-ide yang tadinya hanya ada di kepala saya. Sekarang bisa saya utarakan, dan dibantu untuk direalisasikan. Ternyata tidak mudah. Ada ide, belum tentu jalan. Masih banyak hal-hal lain yang harus dipertimbangkan. Saya senang karena ide saya juga ditanggapi dengan baik, walaupun tak sedikit juga ide saya yang ditolak. Semoga untuk ke depannya, bisa sukses, dan doakan saya bisa meng-handle game di mana saya adalah person in-chargenya.. Amin.
Begitulah kisahnya ketika lecture notes tak bisa berkata-kata. Tadinya saya mau menulis post yang berjudul "Ketika Pisau Tak Lagi Diasah.." mengenai kevakuman saya menulis dan kemerosotan kemampuan berbahasa saya, tapi malah ngelantur sampai sini.
No comments:
Post a Comment