Wednesday, May 27, 2009

ikiikiiikivkvk

I-Kepercayaan
There is a state I have never been to before
I don't know when I will be
But I still have a faith on it
I'm waiting

II-Kerinduan
Rasa yang pernah ada
Rasa yang pernah mengisi ruangan ini
Kapankah Ia kan kembali
Menghiasi kekosongan ini dengan senyumnya


III-Kesadaran
Mungkin ini semua hanya mimpi
Bermimpi, itulah keahlianku
Kenyataan, itulah yang ingin kuhindari

IV-Keraguan
Aku ingin tenggelam bersamanya, selamanya
Awal dan akhir yang diciptakan, membawa kebahagiaan
Akankah kau sanggup memberikannya?

V-Ketegaran
It says the things I don't want to hear
It does the things the most I fear
But with You here,
It gives me strength and courage
To stand again after falling


Riesta
Tangerang, 27 Mei 2009
10.07pm WIB

Monday, May 25, 2009

Aku akan selalu tersenyum dalam Rindu ini


Waktu terus berjalan. Hari lepas hari. Bulan lepas bulan. Tahun lepas tahun. Ia membawa perubahan dalam diriku, baik kecil atau besar, aku yang sekarang tak sama seperti aku yang dulu. Ketika kubuka lembaran lama kisah hidup dan pemikiranku, rasanya aku ingin tertawa. Aku hampir lupa bagaimana rasanya menjadi anak kecil, dengan pemikiran polosnya, dengan impiannya yang setinggi langit, dengan semangat membara, dengan perjuangan yang nampaknya membawa akhir yang membahagiakan. Aku rindu akan masa-masa itu. Masa-masa di mana aku masih bermimpi bebas untuk terbang menjelajahi angkasa. Ketika alunan musik masih berputar dan aku berharap hidupku juga bisa seperti alunan merdu musik itu. Sungguh, aku rindu. Kini aku hanya bisa tersenyum ketika mengenangnya. Aku senang bisa memiliki masa-masa indah seperti itu. Ketika semua dipandang dengan optimis. Ketika aku yakin semua akan berjalan dengan indahnya. Aku akan selalu tersenyum dalam Rindu ini.

BukuMuka

Facebook nampaknya sudah menjadi salah satu lifestyle masyarakat yang memiliki akses internet. Dulunya ketika saya join facebook karena iseng-iseng, di website jaringan sosial itu orang-orang sedang ngetrend-ngetrendnya mengirimkan hadiah virtual, entah itu coklat, boneka, makanan tradisional, dll, yang nampaknya menggiurkan, tapi sayangnya tidak bisa dimakan.

Waktu berlalu, facebook menjelma menjadi tempat di mana manusia bisa meningkatkan sifat dasarnya yang mungkin selama ini terpendam, yaitu sifat kepo. Foto-foto mulai bisa dikomentari. Tak sampai hitungan bulan mungkin, facebook memaksimalkan potensi kepo manusia-manusianya, dengan menyediakan fiturnya yang lebih lanjut : bisa mengomentari semua post orang. Ya, semuanya. Semuanya bisa dikomentari. Kemudian diiringi dengan kuis-kuis bodohnya yang sukses menjerat orang-orang bodoh seperti saya membuang waktu karena ketagihan dengan kuis-kuis bodoh itu. Memang begitu menggoda. Hasilnya yang bagus tak tahan bila tidak dipublish. Memang tempat yang tepat untuk orang-orang yang kurang diperhatikan. Hasil kuis itu bisa dikomentari teman, keluarga, pacar, atau mungkin pemuja rahasia orang tersebut. Dulu saat saya dilanda kebosanan, semua hasil kuis itu saya publish. Yah, tidak semuanya sih. Pilih-pilih juga.


Lama-kelamaan facebook menjadi kepobook. Semua kehidupan orang bisa terlukiskan dari account facebooknya. Bagaimana tidak kalau semua foto hari-harinya diupload. Ada videonya pula. Ada notes yang bisa mewadahi semua curahan hati, lalu immediate feedback dari teman-teman. Praktis sekali kan. Walaupun terpisahkan jarak atau kedekatan secara pribadi, semua bisa terbaca dari profil orang tersebut.

Pernahkan kita mempertanyakan, kemana perginya privasi seseorang? Semua begitu terbuka. Saya akhir-akhir ini menyadari hal ini, dan saya memutuskan untuk menghapus beberapa informasi pribadi saya di facebook, termasuk tanggal lahir. Saya juga tidak mau mempublish hasil kuis lagi. Memang untuk apa orang tahu warna aura saya, mana karakter disney yang paling cocok dengan saya, aktor yang cocok jadi pasangan saya, dll? Untuk menarik perhatian? Mencari eksistensi diri? Mungkin juga. Tapi setelah dipikir-pikir, saya ini menyedihkan sekali kalau sampai begitu.

Kebetulan, kothbah minggu kemarin di gereja mengenai facebook. Saya tidak jadi ngantuk karena topiknya. Masalah yang ditekankan sebenarnya adalah, bagaimana seharusnya teknologi informasi digunakan sebaik-baiknya untuk mempersatukan sesama. Bukan merugikan. Hmm.. Kalau kekepoan itu termasuk positif atau negatif ya? Tadi pastor juga menekankan bahwa biarpun digunakan untuk kebaikan bersama sekali pun, kita tidak boleh mengacuhkan sesama yang ada di dekat kita (secara harafiah). Jangan jadi kita tenggelam dalam dunia maya dan lupa akan dunia nyata. Hmm.. Pernah dengar puisi "Ibu dan Facebook"?

Sepuluh tahun lagi facebook akan seperti apa ya? Akankah ia masih eksis? Atau akankah ada penggantinya? Saya sih tidak mau membayangkan akan jadi apa. Tidak kebayang. Sepuluh tahun yang lalu saja memangnya ada apa? Sepuluh tahun kemudian? Biarlah waktu yang menjawab.

Friday, May 22, 2009

Puji Tuhan, Menyongsong Year 2

Yeahhh. Year 2, I'm coming..!
Results Sem 2 Year 1 baru keluar, dan ada peningkatannya. Walaupun kurang dari target, kurang 0.06 poin huhu. Tapi ga papa deh.

Nilai Physics 1 itu seperti keajaiban. Yang lain juga, tapi yang satu ini yang paling ajaib dari yang ajaib. Jadi inget karena uda pasrah dengan soal tahun lalu, akhirnya malah baca teorinya satu-satu dari textbook.

Thanks to You..

Hmm bau pisang gorengnya sudah sampai di sini.
Pergi dulu ya. Menyongsong pisang goreng~

@!#$#%^ Hilang!!! >.<

Wushhhhh hilang begitu saja. Tak ada angin tak ada hujan.

Barusan tadi windows internet explorer gw hilang begitu saja, ada error sepertinya. Padahal, di dalemnya ada tab-tab yang masih pengen gw baca. Secara internet di rumah terbatas, jadi biasanya gw mengumpulkan semua page yg pengen gw baca. Begitu disconnect, baru gw baca. Tadi lagi asyik2nya baca, tau2 ketutup. Huhu.

Dalam hidup juga kayak gitu ya. Kita ga tau kapan apa yang kita miliki ini bakal berakhir. Ga ada tanda apa-apa, bisa hilang begitu saja. Walau kita punya berjuta-juta rencana, beribu-ribu bekal hidup, semua perjuangan kita, tapi kalau kehendakNya lain, ceritanya jadi beda.

Nikmatilah dan bersyukurlah akan waktu yang ada, selagi bisa~

Di Suatu Pagi


Aku berusaha membuka lembaran itu dengan sewajarnya
Walaupun perutku terasa seperti diputar
Bahkan aku ingin lari saja
Tak ingin melihatnya
Tapi juga ingin dengan cepat mengakhiri ketidakpastian ini
Saat lembaran bernama Degree Audit itu terpampang tepan di depan mataku
Bolehlah kubernapas lega
Terima Kasih padaNya yang telah memberikan kesegaran ini di pagi hari
Namun,
Ketika kubuka lembaran berikutnya
Aku menemukan sebuah surat cinta penolakan
Secara resmi aku adalah gelandangan di negeri singa sana
Detik ini ku belum memiliki rumah tempat kuberteduh untuk beberapa bulan ke depan
Di manakah harus kumencarinya?
Ah,
Biarlah itu urusan nanti
Saat ini aku hanya ingin bersenang-senang dengan si Degree Audit saja
(Physics 1, Oh Physics 1..
Sungguh sayang ku padamu..)
Belum lagi ada Sims 3 yang sudah menanti di ujung sana
Hidup ini sungguh indah bila kita melihatnya dari sisi lain

Friday, May 15, 2009

Menulis

Sejak kapan ya saya mulai menulis? Menulis dalam arti menulis karangan ya, bukan menulis yang sekedar menulis "Ibu pergi ke pasar." Seingat saya, sedari kelas 1 SD juga sudah ada ulangan Mengarang. Biasanya ada beberapa potong gambar, kemudian kita diminta membuat karangan dari gambar itu. Ketika itu, pasti saya banyak sekali mengulang kata seperti Lalu, Kemudian, dan kawan-kawannya. Setiap kalimat baru pasti dimulai dengan kata penghubung seperti itu.

Saya jadi teringat. Saat itu saya kelas.. errr.. 4 atau 5 SD lah.. Saya lupa pastinya. Saya dipilih untuk menjadi Calon perwakilan sekolah dalam Lomba Bahasa Indonesia. Catatan ya, masih Calon. Bahasa Indonesia? Wah, iya sepertinya satu-satunya alasan adalah karena tulisan saya bagus, dalam arti enak dipandang mata, bukan bagus isinya. Hasilnya? Gagal.. Ada orang yang lebih pantas dari saya, yang saya juga menyadarinya, yah agak kecewa sih, tapi ya memang pantas lah, kelebihan saya hanyalah tulisan saya yang indah dipandang saja, yang bukanlah sebuah poin utama. Saya tak pintar bertutur kata dan bercerita lisan. Dulu kami pernah diberi tugas untuk menceritakan kembali di depan kelas mengenai sebuah cerita rakyat yang kami baca terlebih dahulu sebelumnya. Pelatih saya dulu mengomentari begini, "Saya tahu kamu itu hafal dan paham betul semua isi cerita itu, tetapi susah untuk menyampaikannya.." Ya, kira-kira intinya begitu.

Kelas 6 SD saya ingat ketika itu sedang ada latihan mengarang untuk EBTANAS. Kami ditugasi untuk mengarang mengenai.. err lupa pastinya apa, tetapi sepertinya bukanlah mengarang sebuah narasi. Tak disangka-sangka, karya saya menjadi salah satu yang dibacakan di depan kelas. Saya jadi berpikir, apa jangan-jangan saya Bisa menulis ya? Dilanjutkan lagi di bangku tingkat dasar yang sama pula, saya dan teman-teman saya yang lain mengarang sebuah cerita iseng-iseng. Saya menemukan diri saya menikmati kegiatan ini, berimajinasi sana-sini, walaupun kebanyakan imajinasi terlalu berlebihan, alhasil menciptakan cerita yang gila, aneh, dan terkadang menjijikan. Sayang, cerita itu sudah hilang entah ke mana. Tak ada soft copy nya pula. Hiks.

Di bangku SMP, zaman-zamannya saya menggilai game RPG (Role Playing Game), saya sempat berniat ingin membuat novel yang bertemakan fantasi, seperti Lord of The Rings, Eragon, yang memiliki dunianya sendiri. Bahkan, saya sudah menggambar petanya segala, dan memberikan nama-nama tempatnya! Namun sayang, novel itu tak pernah terselesaikan.

Masa putih abu-abu saya juga masih sempat menulis. Saya mencoba menulis beberapa cerita pendek, yang tidak pernah sama sekali pun saya mengetik kata TAMAT dalam cerpen-cerpen itu. Ada beberapa puisi juga, tersebar di buku file kecil dan komputer. Di akhir masa SMA itu, saya mencoba membuat blog, yang sampai sekarang, syukurlah, masih cukup aktif. Ya, cukup. Semoga saja bisa berlanjut aktif dan produktif untuk seterusnya.

Saya tahu dan sadar saya ini bukanlah orang yang piawai bertutur kata lisan. Apa yang saya tulis di sini, mungkin tidak akan bisa terlontarkan dari mulut saya. Saya pada dasarnya adalah orang yang suka sekali berpikir dan tenggelam dalam pikiran sendiri, jadi butuh media untuk menuangkannya.

Sekarang jika ditanya apakah saya ingin meneruskan cerpen dan novel yang sudah berabad-abad terbengkalai itu, saya akan menjawab tidak, paling tidak ya untuk saat ini. Saya lebih suka menulis bebas seperti ini, untuk saat ini. Mungkin juga karena daya imajinasi saya yang semakin merosot seiring bertambahnya umur, atau memang saya yang malas mengarang cerita-cerita itu. Ya, saya merasa belum cukup mampu untuk menciptakan sebuah cerita yang memiliki makna dalam, atau menghidupkan tokoh dalam cerita saya menjadi begitu berkarakter, saya rasa saya belum mampu untuk itu, dan sedang tidak mau mencoba juga. Biarlah saya menulis dulu seperti ini apa adanya.

Menulis itu terkadang mencerminkan seperti apa pribadi orang di sisi lain. Orang yang terlihat ceria sehari-harinya, tak disangka bisa menulis puisi-puisi melankolis juga. Orang yang terlihat murung sehari-harinya, ternyata ia bisa menuangkan pandangan positifnya mengenai kehidupan. Siapa tahu, tulisan itu malah menginspirasi orang yang membacanya.

Bila selama ini menjadi pembaca, tak ada salahnya juga mencoba menulis. Bagi saya, sehabis menulis itu saya merasa lebih lega. Lebih plong. Syukur kalau ada yang mau membaca, kalau tidak ada juga masih ada kepuasannya sendiri kok.

When There is A Will, There is A Way, BUT..

But.. Would the way really be taken by us? It's another story, and not so many people discuss it, well at least so far as I can remember.. No one ever thought so. The quotation only says the good thing. A will means a way, and a way means a good thing ahead. Oh once more, AHEAD. And, Ahead means Not Yet. The decision whether one would take that way is the missing-link that is always, almost forgotten.

If you still have no idea what the hell I am talking (well, writing) about, I'll give an illustration, and it is exactly the REAL one which is happening right now. Yeah, I'm having a super long holiday, 3 months ahead. I have a tons of things to do in my mind (A Will), and there is many WAYs I can do to realize them all. Many ways right in front of my nose. Let's say I want to learn Japanese (A Will), and I can just straight take and read the book on my desk and start learning (A Way), but.. What do I do? Oh, I choose to slack around and procrastinate.. I'm not really sure if I am really procrastinating, I'm more certain that I'm actually just playing around until the last second of my holiday. See, I have the will, and I have the way, but that doesn't really mean a good thing.

I need more than just A Will
I need more than just A Way
What I need is..

Ah,
I don't even know what I need

Sunday, May 10, 2009

Ketika Lecture Notes Tak Berbicara... (Memang Tidak Penah, kok. gege)

Dua semester terlewati sejak saya mengenyam pendidikan di bangku universitas. Banyak orang yang bilang, masa-masa di universitas tak lah seindah masa-masa putih abu-abu terdahulu. Bagi saya kedua masa-masa itu memang berbeda, secara dahulunya saya masih berada di naungan orangtua dan setelahnya saya belajar untuk hidup mandiri, tentu keduanya memberikan makna dan cerita yang berbeda. Masing-masing ada suka dan duka sendiri. Kangen rumah dan tanah air tercinta memang tidak bisa dihindari, namun dibalik itu saya belajar banyak dari kebebasan yang saya miliki dan kemandirian yang dibutuhkan. Jadi, bila saya disuruh memilih antara SMA dan Kuliah, saya akan memilih Kuliah.. Tapi, tidak bisa dipungkiri juga terkadang saya kangen dengan seragam putih abu-abu, teman-teman, dan guru-gurunya. Hanya saja, di bangku kuliah ini, saya merasa saya bisa belajar lebih banyak hal. Ya, banyak hal..

Satu hal yang terlihat jelas adalah masalah Kegiatan Ekstrakulikuler di mana di universitas saya bernaung, saya diwajibkan mengumpulkan poin agar bisa tinggal di asrama kampus untuk setahun ke depannya. Jadi, bagi mahasiswa internasional, ya, mau tidak mau, harus ikut salah satunya. Sebenarnya, bukan hanya karena kewajiban semata, saya dulunya juga mau berencana untuk ikut mencoba aktif dalam beberapa kegiatan dan menjadi pengurus di dalamnya. Apalagi mengingat pengalaman berorganisasi saya di SMA sangatlah minim, dan saya nyaris tidak punya pengalaman sama sekali dalam hal kepemimpinan, kecuali dulu pernah ada pelajaran Kepemimpinan yang masuk nilai raport. Buat diterima menjadi komite saja, saya harus diinterview dulu. And I should admit that I screwed up my first interview. Padahal, interview itu untuk jadi volunteer sebuah Welfare Club. Ada teman saya yang sampai heran kenapa saya bisa tidak diterima. "Emangnya lu ngomong apa aja?" begitu katanya.. Yah, saya yah ngomong aja, berusaha untuk sedikit nge bullsh*t juga, tapi sepertinya tidak berhasil. Oke, jadi saya gagal di interview pertama. Sempat patah semangat juga sih waktu itu. Merasa tidak bisa apa-apa. Merasa tidak ada apa-apanya. Merasa bukan siapa-siapa. Interview kedua pun diterima. Yang kali ini sih tidak perlu dibanggakan, karena memang semuanya memang diloloskan interview. Wuih, saya semakin merasa rendah diri saja. Interview ketiga ternyata berhasil. Saya pun merasa bangga sekaligus bingung. Senang bisa diterima, tapi, lho kok bisa ya? Hahaha. Tak tahu lah.

Dari kedua club yang saya ikuti itu, saya belajar sedikit banyak hal. Saya harus berjualan tiket dari pintu ke pintu, dari orang ke orang, dan lain sebagainya. Saya memang bukanlah orang yang suka memaksa orang, jadi merasa terbebani juga bila harus membujuk orang-orang beli, padahal mereka belum tentu mau. Tapi anehnya, saya bisa menjalani tugas saya dengan baik juga, dan bila sudah dijalani, akhirnya dibawa enjoy. Lalalala. Saya masih ingat beberapa bulan lalu, ketika harus menjaga booth dan berjualan tiket, saya berhasil 'menjerat' dua manusia yang berbaik hati dalam beberapa menit awal. Ada yang merespon, "Mendingan lu masuk bisnis aja, deh" Hahaha. I took that as a compliment. Gapapa kan kalo pamer dikit di sini? =P Walaupun itu karena faktor hoki juga, pas ketemu orang-orang yang baik.. Kalau tidak ya.. Siap-siap sakit hati. Ditolak. Huh.

Pengalaman yang tidak terlupakan lainnya adalah saat saya memutuskan untuk ikut interview seleksi Student Helper buat Open House. I don't know why, but I really wanted the position, and I prayed a lot for it, and gratefully I got it. Sewaktu diterima, saya masih mengira bahwa ini full-volunteer. Ternyata, dibayar bow, $7/jam. Wuih, padahal saya dulu sempat consider untuk malas-malasan dan memilih lari dari tanggung jawab, ternyata ada rezeki jatoh =P Walaupun cuma jadi logistik yang kerjanya nge-pack goodie bag yang sampai 10ribu itu. Beribu-ribu peluh keringat pun menetes. Kurang tidur. Pegal-pegal, Tapi, saya belajar juga dari hal ini. Dari bagaimana main committee nya memimpin, memberikan solusi untuk setiap problem yang ada, memutuskan solusi terbaik untuk semua, dll. Semua itu butuh Strong Leadership, yang saya rasa saya belum cukup memilikinya. Makanya, untuk satu tahun ke depan, saya mau belajar dulu dengan masih setia menjadi sub committe saja. Kalau sudah satu tahun merasa 'mantap' dan berani mencoba, mungkin saya akan mempertimbangkan untuk nge-run main committee di tahun depannya. Tapi tidak untuk tahun ini, belum siap. Daripada jadinya hancur berantakan, mending saya belajar dulu.

Satu lagi yang saya syukuri adalah, diterimanya saya sebagai komite orientasi mahasiswa Indo yang akan masuk nantinya. Di sini, selain menambah teman, saya juga bisa berkreasi. Memberikan ide-ide yang tadinya hanya ada di kepala saya. Sekarang bisa saya utarakan, dan dibantu untuk direalisasikan. Ternyata tidak mudah. Ada ide, belum tentu jalan. Masih banyak hal-hal lain yang harus dipertimbangkan. Saya senang karena ide saya juga ditanggapi dengan baik, walaupun tak sedikit juga ide saya yang ditolak. Semoga untuk ke depannya, bisa sukses, dan doakan saya bisa meng-handle game di mana saya adalah person in-chargenya.. Amin.

Begitulah kisahnya ketika lecture notes tak bisa berkata-kata. Tadinya saya mau menulis post yang berjudul "Ketika Pisau Tak Lagi Diasah.." mengenai kevakuman saya menulis dan kemerosotan kemampuan berbahasa saya, tapi malah ngelantur sampai sini
.

Friday, May 8, 2009

Kisah yang Baru

Tatkala sebuah kisah berakhir

Adalah selang waktu

Hingga terciptalah yang baru

Tapi kapankah itu?

Drama yang penuh tawa dan tangis

Kapan akan dipentaskan kembali?

Ketika senyum dan luka bertemu kembali

Sudah siapkah Si Pemeran Utama?

Memainkan perannya kembali

Dengan cerita dan lawan main yang berbeda

Monday, May 4, 2009

Dear Roomie

Dear Roomie,

Gw lagi butuh diskusi nih sekarang. Tapi lu lagi ga ada di kamar. Masa gw ngoceh sendiri sih?

Gw butuh diskusi nih beneran. Mungkin masalah ini sudah sering banget kita omongin dan kita alamin, tapi gw tetep butuh diskusi yang lebih.

Aaaaaaa...

I need someone...!!!!!!
Yang bisa ditumpahkan segala jenis topik pembicaraan dari A-Z.

Roomieeeeee!!!!!!!

P.S. : masalah sepele doank sih sbnrnya. lupakan saja.

Semoga hari esok lebih indah~