Banyak orang yang bilang :
"Don't judge the book by its cover. Penampilan memang bukanlah segalanya. Tapi, penampilan tetaplah penting."
Nah, lihat? Biar bagaimana pun, kita ga bisa lepas sama yang namanya penampilan, mau itu tampak wajah (depan, samping kiri, dan samping kanan) atau busana yang dikenakan. Okelah kalo dibilang kita harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Contoh, ga mungkin kan kita pake daster ke rapat kantor? Tetapi, sekarang gw ga mau fokus soal masalah berpakaian. Mari kita tinjau dari sisi yang lainnya.
Tetapi sebelumnya izinkan saya bercerita dulu.
Di bawah ini adalah cerita non-fiksi belaka yang mungkin akan menimbulkan berbagai macam tanggapan dari masing-masing pembaca.
Wajahku ini bisa dibilang tidak seperti 'yang umumnya'. Bukan, gw bukan alien atau makhluk ajaib lainnya kok. Gw masih (hah? masih?) manusia. Namun, dengan warna kulit yang berbeda di pipi sebelah kiri. Warna merah.. Dan itu bukanlah karena luka bakar seperti yang sebagian besar orang kira saat pertama kali melihat muka gw. Gw memang terlahir demikian, seperti yang selalu gw jelaskan kalau ada orang yang menanyakan.. "Oh, ini tanda lahir kok." Sebenarnya kalau dalam istilah kedokteran, ini ada namanya sendiri. Tapi, gw lupa. Hee Hee.
Waktu kecil, gw sering banget diledekin gara-gara kondisi fisik ini (bahkan pas umur gw agak gedean dikit, ada anak kecil yang bilang gw : hantu).
Oh ya, ini bukanlah penyakit. Ga menular. Ga menimbulkan rasa sakit. Ga merugikan orang lain di sekitarnya (kecuali kalau ada yang merasa 'jijik'). Dan, bisa dihilangkan dengan teknologi laser.
Waktu kecil, gw pernah dibawa ke dokter. Gw sempet dilaser sebanyak 2x. Yang ke 3x nya ga tahan lagi, gw nangis, sejak saat itu ga mau dilaser lagi. Gw lupa pastinya kenapa yah. Entah karena takut sakitnya saat dilaser, atau ga kuat melihat pandangan orang-orang setelah gw dilaser, karena waktu itu muka gw mesti diperban selama seminggu. Bekas lasernya itu ga boleh kena air, debu, dan sinar matahari. Ga boleh digaruk, dipencet, apalagi dikorek. Selama 2x sebelumnya dalam masa pasca laser, gw selalu mendapat dua reaksi dari orang-orang. Yang pertama, perasaan kasihan. Kedua, ya diejekin. Namanya dulu gw sebagai anak kecil yang cengeng, jadi ya bisa dibanyangin gimana deh. Kalau sekarang dipikir-pikir lagi, sebenarnya masa-masa pasca laser itu lebih berat daripada sewaktu di lasernya. Karena sewaktu di laser, sakitnya cuma sebentar. Kalau pasca laser, ke mana pun kau pergi, semua mata bisa memandang. Bukan karena ada pesona atau apa, tapi ya gitu deh. Kalau lu ngeliat orang yang setengah diperban kayak mumi, 'agak' susah kan mengalihkan pandangan? (kecuali kalau lu adalah orang yang sangat cuek).
Terus bingung juga kenapa papi mami mau bayar mahal-mahal buat laser, padahal dulu gw sudah (cukup) terbiasa , dan orang-orang sekitar juga sudah (cukup) terbiasa melihat gw. Kalau gw dilaser, itu artinya gw akan melewati tahap-tahap lebih sulit, yaitu menghadapi sederet pertanyaan orang. Oke, ga semua orang bertanya. Kebanyakan hanya menatap (dengan tatapan yang berbeda-beda, tentunya). Dan, somehow, gw berterima kasih sama mereka yang udah nanya kenapa. At least, mereka care. (gw bukannya ge-er ye..)
Sampai SMP, entah bagaimana gw 'bersedia' dilaser lagi. Masa-masa pasca laser tetep berat, tapi gw tetep jalanin. Tentunya ga seberat dulu, karena tentunya ejekan-ejekan ga sebanyak dulu (malahan ga ada sih sebenernya). Tapi, ada satu respon baru yang menurut gw ga biasa. "Gapapa sakit-sakit dulu. Entar kan jadi cantik." Errr... Gw kan ga operasi plastik atau apa. Bentuk muka gw bakal sama persis, cuma warnanya doang yang bakal beda. Terus, gw jadi mikir. Jadi, apa muka gw separah itu ya? Hahaha!
Terus, laser-laseran itu semua berlangsung sampai sekarang. Dan, masa-masa pasca laser juga masih dirasakan cukup berat, terutama saat berjalan-jalan ke tempat yang banyak orang. Oh ya, kalau laser yang sekarang itu, muka gw ga perlu diperban lagi kayak bumi. Boleh dibiarkan terbuka begitu saja. Jadi, dengan kata lain, sisa bekas tembakan laser itu bisa terlihat dengan jelas. Mau gw deskripsikan? Hmm.. Ah, jangan lah, gw sendiri aja kadang-kadang jijik ngeliatnya. Hahaha..
Emang bener kalau manusia diberkahi sepasang mata yang digunakannya untuk melihat. Yang mau gw bilang, please kalau suatu saat lagi jalan-jalan dan bertemu dengan orang yang kondisi fisiknya kurang. Jangan langsung mikir yang macem-macem, Siapa tahu luka di wajahnya itu cuma proses pemulihan dari perawatan. Sekalipun mereka adalah orang yang memang kurang beruntung, Please jangan pasang tatapan yang aneh. Lu boleh kok ngeliat, ga ada yang ngelarang, tapi jangan sampai reaksi lu itu menyinggung dia. Kita emang ga tahu gimana persisnya orang tsb, apa dia bakal tersinggung atau cuek. Tapi, sebagai orang yang sudah mengalaminya, gw mohon sebisa mungkin 'tatapan aneh' itu diminimalisir. Kadang Emang kalau gw lagi 'kesel', gw suka bales pelototin tuh orang. Tapi ya liat-liat dulu, kalau anak kecil sih gw bisa maklum. Kalau tampangnya nyolot (beh, lagi2 nge-judge dari tampang. tampang nyolot gmn coba?? Hahaha), baru gw pelototin.
Suka terbesit dalam otak gw, keluarga dan teman-temanku itu mereka baik sekali ya. Mereka 'tahan' dan menerima gw apa adanya 'wujud' gw. Ada orang yang begitu gampangnya mengejek, tapi mereka memperlakukan gw selayaknya anak, kakak. adik. cucu, keponakan, teman-teman, dan murid seperti pada umumnya. Bahkan kadang gw suka 'lupa' sendiri kalau warna pipi gw itu laen dari mereka. Emang sih ini ga sebesar kayak orang yang tunanetra atau tunarungu. Tapi, toh tetap ada orang yang 'ga bisa biasa'. Namun, mereka tetap bersikap seperti biasa. Kalau mengingat hal ini, rasanya bersyukur sekali.
Jadi, sekian dulu ya cerita gw. Haha. Ga jelas banget gw cerita maksudnya apa. Sebenarnya gw pengen post tentang ini dari setengah tahun yang lalu. Tapi baru kesampean sekarang.
Jadi, apa inti dari postingan ini??
Oke. Jujurlah. Untuk tidak nge-judge orang saat pertama kali bertemu dari penampilannya adalah hal yang sangat sulit untuk dhindari. Gw pun masih suka begitu. Walaupun banyak orang bilang kalau 'tampang' ga menjamin segalanya. Tetapi ya gimana lagi, pasti susah ga nge-judge orang dari tampang. Orang sedari kecil kita udah dicekokin sama dongeng-dongeng Putri Salju, Cinderella yang rata-rata putrinya itu dideskripsikan sangat cantik, dan pangerannya sangat ganteng tak tertandingi. Kalau mau nonton film juga, tampang si aktror dan aktris pemeran tama memegang peranan yang ga kalah penting dari jalan cerita.
Coba lihat deh dari beberapa kasus dibawah ini.
* Orang cakep dan pintar. Reaksi orang : Dia memang perfect.
* Orang cakep dan tidak pintar. Reaksi orang : Memang ga ada manusia yang sempuna.
* Orang jelek dan pintar. Reaksi orang : Masih untung dia pintar.
* Orang jelek dan tidak pintar. Reaksi orang : Dia siapa sih? (Dengan kata lain, keberadaan dirinya saja tidak disadari orang di sekitarnya.)
Tentunya yang di atas tadi ga lebih dari sekedar lelucon. Tapi, memang begitu kan? Hahaha.
Sebenarnya siapa yang cakep, siapa yang jelek. Itu semua kan tergantung selera orang. Oh iya, ada kutipan yang kejam sekali nih. "Cakep itu relatif. Tapi, jelek itu mutlak." Tapi yah terus kenapa gitu? Ga ada kan kutipan yang bilang "Orang cakep masuk surga. Orang jelek masuk neraka." (Hahaha dalam konteks apa dulu nih? Kalau tampang sih pastinya ga banget.)
Tapi, bertampang rupawan ga selalu enak juga. Ada kan artis yang tampangnya bisa membuat semua orang terpana, tapi akting atau vokalnya pas-pas-an. Jadinya, diejekinn deh cuma menang tampang doang. Meski yang ngejek itu sebagian besar adalah orang-orang yang sirik sama kecantikan atau kegantengannya. Hahaha.
Begitulah dunia ini. Semua orang punya tampak luar. Tapi, siapa yang tahu di dalemnya. Secakep-cakepnya orang pasti ada busuk-busuknya. Sejelek-jeleknya orang pasti ada kebaikannya. Orang yang cakep ga selalu sukses. Emang sih banyak selebriti yang berwajah rupawan, tapi banyak juga yang tidak demikian kan, tapi dia tetap disukai orang?
Memang ga bisa dipungkiri banyak orang yang mengidam-idamkan wajah yang rupawan. Banyak kok caranya, apalagi di dunia serba instan sekarang ini. Klinik-klinik kecantikan bertebaran di mana-mana.
Tetapi, meningkatkan inner beauty dalam masing-masing pribadi, tidak semudah mengeluarkan uang untuk operasi plastik. (ps : buat orang yang cukup kaya-raya).
No comments:
Post a Comment